Sabat Petang, 12 November 2022
Bacalah Untuk Pelajaran Pekan Ini: 1 Kor. 15:12- 19, Yoh. 14: 1- 3, Yoh. 6: 26- 51, 1 Tes. 4: 13- 18, 1 Kor. 15: 51- 55
Ayat Hafalan: “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” (1 Yohanes 5: 11, 12).
Walaupun ditulis dalam bahasa Yunani semua penulis Perjanjian Baru (kecuali Lukas) adalah orang Yahudi, dan mereka tentu saja mendekati sifat manusia dari pandangan holistik Ibrani, bukan dari pagan (sistim kepercayaan) Yunani.
Dengan demikian, untuk Kristus dan para rasul, pengharapan orang Kristen bukanlah pengharapan yang baru tetapi lebih tepatnya terungkapnya harapan zaman dahulu telah dipelihara oleh para bapa dan para nabi. Contohnya, Kristus menyebutkan bahwa Abraham telah meramalkan dan bersukacita untuk melihat hari-Nya (Yoh. 8: 56). Yudas menyatakan bahwa Henokh bernubuat tentang Kedatangan Kedua (Yud. 14, 15).
Dan kitab Ibrani berbicara tentang para pahlawan iman yang mengharapkan upah surgawi yang tidak akan mereka terima sampai kita menerima upah kita (Ibr. 11: 39, 40). Pernyataan ini akan menjadi tidak berarti apabila jiwa mereka telah berada dengan Tuhan di surga.
Dengan menekankan bahwa hanya mereka yang berada dalam Kristus menerima kehidupan kekal (1 Yoh. 5: 11, 12), Yohanes tidak setuju dengan teori keabadian jiwa yang alami. Sesungguhnya, tidak ada kehidupan yang kekal selain dari hubungan yang menyelamatkan dengan Kristus. Harapan Perjanjian Baru kemudian adalah pengharapan yang berpusat kepada Kristus, dan satu-satunya pengharapan dari makhluk fana bahwa suatu hari nanti akan menjadi makhluk yang abadi.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 19 November.
Harapan di Luar Kehidupan Ini
Minggu, 13 November 2022
Sejarawan Yunani kuno Herodotus (abad ke-5 sebelum Kristus) menuliskan tentang suatu suku yang melakukan ritual pada saat kelahiran yang diawali dengan berduka, karena mereka mengantisipasi penderitaan yang akan dihadapi bayi tersebut jika ia memasuki masa dewasa nanti. Meskipun ritual itu kelihatannya asing bagi kita, namun jika dicermati, ritual itu ada benarnya.
Ribuan tahun kemudian, sebuah iklan di Amerika di awal abad ke-20 menulis, “Mengapa hidup? Jika Anda dapat dikubur hanya dengan 10 dolar?”
Hidup bisa menjadi sangat keras, kita tahu, walaupun kita percaya kepada Allah dan di dalam pengharapan yang abadi. Bayangkan, betapa sulitnya bagi mereka yang tidak memiliki harapan apa pun selain keberadaan yang singkat dan penuh dengan masalah. Lebih dari satu penulis dunia telah mengomentari tentang ketidakbermaknaan kehidupan manusia, karena kita semua tidak hanya mati, tetapi kita semua hidup dengan kesadaran bahwa kita akan mati. Dan kesadaran inilah yang membuat seluruh kehidupan manusia menjadi menyedihkan. Seorang pemikir menyebutkan manusia hanya sebagai “bongkahan daging busuk pada tulang hancur.”
Tentu saja, berlawanan dengan ini semua, kita memiliki janji alkitabiah tentang kehidupan kekal di dalam Yesus. Dan itulah kuncinya: kita memiliki pengharapan ini di dalam Yesus dan apa yang kematian dan kebangkitan-Nya tawarkan kepada kita. Jika tidak, pengharapan apa yang kita miliki?
- Bacalah 1 Korintus 15: 12-19. Apakah yang Paulus katakan di sini tentang seberapa dekat hubungan kebangkitan Kristus pada pengharapan kebangkitan kita?
Paulus sangat jelas: kebangkitan kita tidak terpisahkan dengan kebangkitan Kristus. Dan jika kita tidak bangkit, maka artinya Kristus tidak bangkit, dan jika Kristus tidak bangkit, “Imanmu sia-sia, kamu masih di dalam dosamu!” (NKJV). Dengan kata lain, ketika kita mati kita akan mati selamanya, dan dengan demikian, semua ini tidak ada artinya. Paulus mengatakan di dalam 1 Korintus 15: 32: “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!”
Jika keberadaan kita saat ini hanya sebagai protoplasma berbasis karbon, dan 70 tahun (jika kita beruntung) adalah semua yang kita dapatkan, sesungguhnya kita dalam kondisi yang cukup sulit. Tidak heran Ellen G. White menambahkan, “Surga bernilai segala sesuatu bagi kita, maka jikalau kita kehilangan surga, kita pun kehilangan segala-galanya”–Menjadi Putra dan Putri Allah, hlm. 361.
- Pikirkan seberapa berharga pengharapan dan iman kita. Mengapa kita hbarus melakukan segala yang kita bisa, dengan rahmat Allah, untuk memeliharanya?
Aku akan Datang Kembali
Senin, 14 November 2022
- Bacalah Yohanes 14: 1-3. Sudah hampir 2.000 tahun sejak Yesus berjanji untuk datang kembali. Bagaimanakah kita dapat membantu orang lain melihat bahwa, terlepas dari waktu yang sangat lama, janji ini relevan bahkan dengan generasi kita?
Empat kali di kitab Wahyu Yesus menyebutkan, “Aku datang segera” (Why. 3: 11; Why. 22: 7, 12, 20). Harapan akan kedatangan-Nya yang segera mendorong misi gereja para rasul dan memenuhi kehidupan orang-orang Kristen yang tak terhitung jumlahnya selama berabad-abad dengan harapan. Tetapi generasi demi generasi telah mati, dan peristiwa yang dijanjikan ini belum terjadi. Dengan demikian banyak yang bertanya: berapa lama lagi kami harus mengkhotbahkan bahwa “Yesus segera datang”? Apakah kata-kata ini menghasilkan harapan yang tidak nyata? (Lihat 2 Ptr. 3: 4).
Banyak orang Kristen yang mengeluh tentang “penundaan” yang lama. (bandingkan dengan Mat. 25: 5). Tetapi bagaimana kita pada kenyataanya mengetahui bahwa itu adalah “penundaan” yang lama? Kapan waktu yang “tepat” bagi Kristus untuk datang kembali? Apakah sudah 50 tahun yang lalu, 150, 500? Yang benar-benar penting adalah janji alkitabiah bahwa “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekali pun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Ptr. 3: 9).
Meskipun telah berabad-abad sejak Yesus naik, janji kedatangannya tetap relevan, bahkan sampai hari ini. Mengapa? Karena yang kita miliki hanya kehidupan yang singkat (Mzm. 90: 10), diikuti dengan istirahat tidak sadarkan diri di dalam kubur (Pkh. 9: 5, 10), dan kemudian kebangkitan terakhir, tanpa ada kesempatan kemudian untuk mengubah nasib (lbr. 9: 27). Sejauh menyangkut tiap-tiap orang yang mati (seperti disebutkan dalam pelajaran tiga), karena semua yang mati hanya tertidur dan tidak sadar, kedatangan Kristus yang kedua tidaklah lebih dari satu atau dua saat setelah mereka mati. Untuk Anda, menurut pengalaman pribadimu, kedatangan Kristus tidak lebih dari sesaat setelah kematianmu. Sangat segera, bukan?
Setiap hari yang berlalu membawa kita satu hari lebih dekat pada kemunculan yang mulia dari Tuhan Yesus Kristus di awan-awan surga. Walaupun kita tidak tahu kapan Ia akan kembali, kita bisa pastikan bahwa ia akan datang, dan itulah yang paling penting.
- Seorang pendeta berkhotbah, berdebat bahwa ia tidak peduli kapan Kristus akan kembali. Yang ia pedulikan hanyalah bahwa Kristus pasti kembali. Bagaimanakah hal itu membantu ketika Anda berkecil hati karena Kristus belum kembali?
Aku akan Membangkitkan Dia
Selasa, 15 November 2022
Dalam salah satu mukjizat-Nya, Yesus memberi makan lima ribu orang hanya dengan sedikit roti dan ikan (Yoh. 6: 1-14). Menyadari bahwa orang banyak kemudian bermaksud untuk memberitakan Dia sebagai raja (Yoh. 6: 15), Yesus berlayar dengan murid-murid-Nya ke seberang danau Galilea. Tetapi keesokan harinya orang banyak itu mengikuti Dia ke sana, di mana Ia menyampaikan khotbah-Nya yang kuat tentang Roti Hidup, dengan penekanan khusus pada karunia kehidupan yang abadi (Yoh. 6: 22-59).
- Bacalah Yohanes 6: 26-51. Bagaimanakah Yesus mengaitkan karunia hidup abadi dengan kebangkitan terakhir dari orang benar?
Dalam khotbah-Nya, Yesus menyoroti tiga konsep dasar tentang hidup yang kekal. Pertama, Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai “Roti yang turun dari surga dan yang memberi hidup kepada dunia” (Yoh. 6: 33, 58). Dengan menyatakan bahwa “Akulah [bahasa Yunani ego eimi_] roti yang hidup” _(Yoh. 6: 35, 48), Yesus menyampaikan diri-Nya sebagai “AKU ADALAH AKU” yang agung dari Perjanjian Lama (Kej. 3: 14). Kedua, Yesus menjelaskan bahwa kehidupan kekal dijamin di dalam Dia: “ia yang datang kepadaku” dan “ia yang percaya di dalam Aku” akan mendapatkan berkat ini (Yoh. 6: 35). Dan akhirnya, Yesus menghubungkan karunia hidup yang kekal itu dengan kebangkitan terakhir, meyakinkan pendengar-Nya sebanyak tiga kali, “dan Aku akan membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6: 40, 44, 54).
Yesus juga memberikan janji luar biasa ini: “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh. 6: 47). Jadi, karunia hidup yang kekal sudah menjadi kenyataan saat ini. Tetapi ini tidak berarti bahwa orang percaya tidak akan pernah mati, karena ungkapan “membangkitkan dia” (Yoh. 6: 40) mengandaikan hidup kembali setelah seseorang meninggal.
Gambaran yang jelas. Tanpa Kristus, seseorang tidak akan memiliki hidup yang kekal. Tetapi bahkan setelah menerima Kristus dan memiliki jaminan hidup kekal, kita untuk saat ini menjadi manusia fana dan karena itu tunduk pada kematian alami. Pada kedatangan yang kedua, Yesus akan menghidupkan kita kembali dan pada waktu itu Ia akan memberikan kepada kita karunia hidup yang kekal yang sudah menjadi miliki kita. Karunia itu dijamin bukan karena kekekalan jiwa yang alami, melainkan karena kebenaran Yesus yang datang pada kita melalui iman kepada-Nya.
- Renungkanlah kata-kata Yesus bahwa, jika Anda percaya kepada-Nya, Anda (saat ini) memiliki hidup yang kekal! Bagaimanakah janji yang luar biasa ini dapat membantu Anda menghadapi kenyataan pahit saat ini, walau hanya sementara fana?
Pada Saat Sangkakala Berbunyi
Rabu, 16 November 2022
Orang Tesalonika yakin bahwa hidup kekal akan diberikan secara eksklusif kepada mereka yang akan tetap hidup sampai Kedatangan Kedua. “Mereka dengan hati-hati menjaga kehidupan teman-teman mereka, supaya jangan mereka mati dan kehilangan berkat yang mereka harapkan untuk menerimanya pada waktu kedatangan Tuhan. Tetapi satu-persatu kekasih-kekasih mereka telah diangkat dari mereka, dan dengan kesedihan orang-orang Tesalonika memandang untuk waktu yang terakhir pada wajah orang-orang yang sudah mati, hampir tidak berani mengharapkan untuk bertemu dengan mereka dalam kehidupan yang akan datang”–Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 218.
- Bacalah 1 Tesalonika 4: 13-18. Bagaimanakah Paulus mengoreksi kesalahpahaman ini?
Ada kecenderungan historis untuk membaca ungkapan “bawalah bersama-Nya mereka yang tidur di dalam Yesus” (1 Tes. 4: 14) lebih dari pada yang dikatakan oleh ayat itu. Banyak yang menerima teori keabadian jiwa yang alami menyatakan bahwa Kristus, pada kedatangan-Nya yang kedua kali, akan membawa bersama-Nya dari surga jiwa-jiwa orang benar yang telah mati dan sudah berada di surga bersama Allah. Jiwa-jiwa itu dengan demikian dapat dipersatukan kembali masing-masing dengan tubuh yang sudah dibangkitkan. Tetapi penafsiran seperti itu tidak selaras dengan keseluruhan ajaran Paulus tentang masalah ini.
Bacalah kata-kata seorang teolog bukan Advent ini tentang arti sebenarnya dari ayat ini: “Alasan mengapa orang Kristen Tesalonika dapat memiliki harapan ketika mereka berduka atas anggota gereja mereka yang meninggal adalah bahwa Tuhan ‘akan membawa’ mereka, yaitu, Dia akan membangkitkan orang-orang percaya yang telah meninggal ini dan menyebabkan mereka hadir pada saat kedatangan Kristus kembali, sehingga mereka akan ‘bersama-Nya’. Implikasinya adalah bahwa orang-orang percaya yang telah meninggal tidak akan berada dalam kerugian pada Parousia Kristus, tetapi akan bersama ‘dengan Dia’ sedemikian rupa sehingga mereka berbagi sama rata dengan orang-orang percaya yang hidup dalam kemuliaan terkait dengan kembalinya”–Jeffrey A.D. Weima, 1-2 Thessalonians, Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2014), hlm. 319.
Jika jiwa orang benar yang telah mati sudah bersama Tuhan di surga, Paulus tidak perlu menyebut kebangkitan terakhir sebagai harapan Kristen; dia bisa saja menyebutkan bahwa orang benar sudah bersama Tuhan. Tetapi, sebaliknya, dia mengatakan bahwa “mereka yang tidur di dalam Yesus” (1 Tes. 4: 14) akan dibangkitkan dari kematian pada akhir zaman.
Harapan dalam kebangkitan terakhir membawa penghiburan bagi orang-orang Tesalonika yang berduka. Harapan yang sama dapat membantu kita menghadapi dengan percaya diri saat-saat menyakitkan ketika cengkeraman dingin kematian merenggut orang yang kita cintai dari kita.
Pertemuan Kekal
Kamis, 17 November 2022
- Bacalah 1 Korintus 15: 51-55. “Misteri” apa (1 Kor. 15: 51) yang Paulus jelas
kan?
Beberapa pengkhotbah populer menyarankan bahwa “misteri” ini (1 Kor. 15: 51) adalah “pengangkatan rahasia” gereja, yang akan terjadi tujuh tahun sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Dalam “pengangkatan rahasia” orang-orang Kristen yang setia secara tiba-tiba, diam-diam dan tanpa diketahui, dibawa ke surga, sementara semua orang tetap di sini bertanya-tanya apa yang terjadi pada mereka. Orang-orang mungkin tiba-tiba menemukan diri mereka berada di dalam mobil tanpa pengemudi, karena pengemudinya diangkat ke surga, dan yang “tinggal hanyalah pakaian mereka”. Serial Left Behind, terlaris 16 jilid, diubah menjadi empat film, mempromosikan ajaran palsu ini, mengekspos jutaan orang pada kisah itu.
Tentu saja, tidak ada bagian Alkitab yang mendukung perbedaan artifisial antara pengangkatan dan Kedatangan Kedua. “Misteri” yang Paulus maksudkan hanyalah perubahan dari orang-orang benar yang hidup untuk bergabung dengan orang-orang benar yang telah dibangkitkan pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Ini adalah “pengangkatan.” Tidak ada “pengangkatan rahasia” karena Kedatangan Kedua akan terlihat oleh semua manusia yang hidup (Why. 1: 7), dan baik kebangkitan orang mati maupun transformasi orang hidup akan terjadi pada saat bunyi sangkakala waktu Kristus kembali (1 Kor. 15: 51, 52).
Kedatangan Kristus yang kedua kali akan membawa perjumpaan yang paling menakjubkan yang pernah ada. Orang benar yang hidup diubahkan “dalam sekejap mata” (1 Kor. 15: 52). Dengan suara Tuhan, mereka dimuliakan; sekarang mereka dibuat abadi dan dengan orang-orang kudus yang bangkit diangkat untuk bertemu dengan Tuhan mereka di udara. Malaikat “mengumpulkan umat pilihan-Nya dari empat penjuru mata angin, dari ujung surga ke ujung yang lain” (Mat. 24: 31).
“Anak-anak kecil dibawa oleh malaikat-malaikat suci ke haribaan ibu mereka. Teman-teman yang sudah lama dipisahkan oleh kematian dipersatukan, tidak pernah lagi akan berpisah, dan dengan nyanyian kesukaan naik bersama-sama ke dalam kota Allah”–Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 680.
Ini adalah janji yang luar biasa, sesuatu yang sangat berbeda dari apa pun yang telah kita alami sehingga sulit untuk dipahami. Tetapi pikirkan tentang luasnya alam semesta, serta kerumitan kehidupan yang luar biasa di sini. Penciptaan itu sendiri membuktikan kuasa Tuhan yang luar biasa. Apakah yang semua ini ajarkan kepada kita tentang kuasa Allah untuk mengubahkan yang hidup dan membangkitkan yang mati pada kedatangan Yesus yang kedua kali?
PENDALAMAN
Jumat, 18 November 2022
- Pendalaman: Bacalah tulisan Ellen G. White, “Surat kepada Orang Tesalonika,” hlm. 217- 226; “Dipanggil untuk Mencapai Standar yang Lebih Tinggi,” hlm. 260- 271, dalam Alfa dan Omega, jld. 7.
“Orang Romawi,” tulis Stephen Cave, “sangat menyadari keyakinan orang Kristen bahwa suatu hari mereka akan bangkit secara fisik dari kubur dan melakukan segala yang mereka bisa untuk mengejek dan menghalangi harapan itu. Sebuah laporan tentang penganiayaan di Galia pada tahun 177 masehi mencatat bahwa para martir pertama kali dieksekusi, kemudian mayat mereka dibiarkan membusuk tanpa dikubur selama enam hari sebelum dibakar dan abunya dibuang ke sungai Rhone– ‘Sekarang mari kita lihat apakah mereka akan bangkit kembali’, kta orang-orang Romawi “- Stephen Cave, Immortality: The Quest to Live Forever and How It Drives Civilization (New York: Crown Publishers, 2012), hlm. 104, 105.
Tujuan pelajaran ini dalam skeptisisme teologis, betapa pun dramatisnya, itu tidak membuktikan apa pun tentang janji alkitabiah sehubungan dengan kebangkitan. Kuasa yang membangkitkan Yesus dari kematian juga dapat melakukan hal yang sama bagi kita, terlepas dari keadaan tubuh kita. Lagi pula, jika Kekuatan yang sama itu menciptakan dan menopang seluruh alam semesta, Dia pasti bisa mengubahkan yang hidup dan membangkitkan yang mati.
“Kita percaya bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia,” Paulus menulis. Banyak orang menafsirkan dan mengartikan pasal ini bahwa orang-orang yang tidur akan dibawa dengan Kristus ke dalam surga; tetapi Paulus mengartikan bahwa sebagaimana Kristus dibangkitkan dari orang mati, demikianlah Allah akan membangkitkan orang-orang suci yang tidur dari kubur mereka dan membawa mereka bersama Dia ke surga. Penghiburan yang berharga! Pengharapan yang mulia! Bukan saja kepada jemaat di Tesalonika, tetapi kepada semua orang Kristen di mana pun mereka berada”- Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 217.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi:
1. Seseorang berkata: “Kematian menghapusmu….Untuk dimusnahkan sepenuhnya, jejak dan semuanya, yang dapat berarti menghancurkan makna hidup seseorang.” Harapan apa yang kita miliki untuk melawan ketidakbermaknaan seperti itu dalam hidup kita?
2. Bagaimanakah kita dapat menyelaraskan kebutuhan untuk bertumbuh menuju kesempurnaan (Flp. 3: 12- 16) dengan fakta bahwa hanya pada kedatangan Kristus yang kedua kali kita akan menerima sifat yang tidak dapat rusak dan tidak berdosa (1 Kor. 15: 50-55)?
3. Bagaimanakah kita dapat membantu seseorang yang terjebak dalam gagasan “pengangkatan rahasia” untuk melihat mengapa ajaran ini salah?
4. Baca lagi 1 Korintus 15: 12-19. Apakah dalam ayat-ayat ini yang menyajikan bukti yang begitu kuat untuk ajaran bahwa orang mati tertidur sebagai lawan dari berada di surga bersama Yesus? Apakah arti ayat-ayat ini jika orang benar yang sudah mati berada di surga bersama Yesus saat ini?