Saat kehilangan seseorang yang dicintai, wajar jika kita berduka atas kehilangannya, meski terkadang orang tidak tahu kapan waktunya untuk move on. Setiap orang mengungkapkan perasaannya dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa menyembunyikan kesedihan mereka, memendam rasa sakit jauh di dalam diri mereka dengan berpura-pura bahwa mereka baik-baik saja padahal sebenarnya tidak. Yang lain berpakaian hitam, dan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, tidak mampu menunjukkan senyuman sekecil apa pun.
Tidak ada salahnya mengungkapkan kesedihan. Bahkan Alkitab mengatakan dalam Yohanes 11:35 bahwa “Maka menangislah Yesus.” Tuhan kita tidak asing dengan kesedihan dan Dia berempati dengan anak-anak-Nya yang hatinya dibebani dengan rasa sakit. Alkitab mengatakan dalam Matius 5:4, “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
Tuhan tidak ingin kita terjebak dalam kesedihan. Ketika kita hanya fokus pada kehilangan kita, kita lupa untuk “apa yang kita dapat”.
Menangis dengan seember air mata, atau bahkan lautan penuh, tidak akan mengembalikan orang yang kita cintai. Hal ini juga tidak sehat bagi kita ketika kita semakin terpuruk dalam jurang depresi. Siapapun yang benar-benar mencintai kita pasti tidak ingin kita berduka untuknya selamanya, begitu pula Tuhan.
Ada saatnya kita perlu melangkah maju dan mengalami kehidupan yang telah Tuhan rencanakan bagi kita. Jika hati kita sakit, pertanyaan pertama yang kita ajukan adalah, “Tetapi bagaimana saya bisa melakukan hal itu?” Dan jawabannya adalah dengan membawa rasa sakit kita kepada Yesus dan meminta Yesus untuk memikul beban berat kita. Tuntut JanjiNya dalam Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Ada kebahagiaan setelah kesedihan, ada pelangi sehabis hujan.
Hari ini, serahkan beban kehilangan kita kepada Yesus dan mulailah menjalani hidup berkelimpahan yang Tuhan ingin berikan kepada kita.
Tuhan Memberkati