Ada seorang yang hendak menjual rumahnya seharga 2.000 dolar. Pria lain sangat ingin membelinya, namun dia miskin dan tidak bisa membayar sebesar itu. Setelah tawar-menawar, sang pemilik mau menjual rumah itu setengah harga semula, dengan hanya satu syarat. Ia akan mempertahankan kepemilikan atas sebatang paku kecil yang menonjol keluar pintu. Setelah beberapa tahun pemilik semula menginginkan rumah itu kembali, namun pemilik baru tidak bersedia menjualnya. Jadi pemilik pertama pergi dan menemukan bangkai seekor anjing dan menggantungnya pada sebatang paku yang masih dimilikinya. Dalam tempo yang singkat rumah itu menjadi bau busuk bangkai anjing itu sehingga tidak mungkin untuk di tinggali. Keluarga itu terpaksa menjual rumah itu kepada pemilik paku itu.
Mari kita mengingat kisah Kain! la membiarkan emosi kemarahannya tak terkendali dan akhirnya meledak menuju kekerasan. Ia membunuh saudaranya sendiri. Kemarahan adalah paku yang di tancapkan Iblis dihati Kain agar Iblis bisa menggantungkan semburan kekerasan di atasnya.
Rasul Paulus membuat pernyataan yang penuh wawasan ini: Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis” (Ef. 4:26,27).
Kita memberi tempat bagi Iblis ketika kita membiarkan kompromi menguasai perbuatan kita, ketika kita menghargai dosa di dalam hati kita. Kita memberi tempat bagi Iblis ketika kita gagal mengatasi dosa yang sedang dimaksudkan Allah, dan sebagai gantinya membenarkan perilaku penuh dosa dalam kehidupan kita.
Penggoda itu tidak akan pernah dapat memaksa kita untuk melakukan kejahatan. Ia tidak dapat mengendalikan pikiran kecuali pikiran itu diserahkan ke bawah kekuasaannya. Kehendak mesti setuju, iman mesti melepaskan pegangannya dari Kristus, barulah setan dapat menggunakan kuasanya atas kita. Tetapi setiap keinginan jahat yang kita sayangi memberikan kepadanya tempat bertumpu. Setiap perkara yang dalamnya kita gagal untuk mencapai standar llahi, merupakan sebuah pintu terbuka yang melaluinya ia dapat masuk untuk menggoda serta membinasakan kita. (Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 121).
Ada banyak paku-paku yang di tancapkan Iblis untuk menggoda kita, paku kekecewaan, iri hati, kebencian, kepahitan, pertengkaran, tidak mau mengampuni dan masih banyak lagi. Satu-satunya solusi terhadap paku godaan Iblis adalah sikap Yesus ketika la dengan sukacita menyatakan, “Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh. 8:29).
Satu tujuan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa-Nya. Keinginan utama-Nya adalah membawa sukacita ke dalam hati Bapa melalui penurutan. Ia menolak godaan Iblis untuk menaruh satu paku di dalam hati-Nya.
Allah akan memelihara semua orang yang berjalan pada jalan penurutan; akan tetapi menyimpang dari jalan itu berarti berani memasuki daerah setan. Di sana kita pasti akan jatuh. Juruselamat telah menyuruh kita, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 123).
Hari ini, semagaimana Yesus menghadapi godaan paku dosa dengan menurut Bapa disorga dan menggunakan palu kebenaran dan mencabut semua paku Iblis yang berusaha di tancapkannya, maka kita serahkan hidup kita kepada Tuhan dan biarkan Tuhan yang akan berindak.
Tuhan memberkati.
Puji Tuhan renungan yang amat memotivasi 🙏🙏🙏