Sungguh menyenangkan jika kita berjalan-jalan berada di sepanjang tepi aliran sungai yang sejuk yang dipenuhi rumput hijau, rasanya sangat menyegarkan jiwa dan menghilangkan kepenatan. Namun tidak demikian yang Daud gambarkan, Daud melihat di sepanjang jalan-jalan ini terdapat lembah bayang maut, satu tempat yang tidak menyenangkan sehingga kita tidak ingin melaluinya!
Pada waktu-waktu tertentu dalam tahun itu, wadis (= lembah-lembah batu yang jadi tempat aliran air namun kering pada musim kering) serta ngarai (tebing) yang terdapat di Israel dapat dengan mudah mengalirkan banjir yang bisa saja datang tak terduga dan menutupi semuanya. Tempat-tempat ini juga biasanya sempit, dengan sisi-sisi yang terjal yang menghalangi sinar. Karenanya “bayang kematian” adalah suatu gambaran untuk “tempat tertutup yang sangat dalam” atau “gelap gulita.”
Apakah kita pernah berada dalam “lembah kekelaman.” Seperti apa rasanya? Apakah kita ketakutan, sekalipun kita mengetahui bahwa Gembala itu ada di sana?
Mari kita pikirkan, bagaimana domba-domba itu bisa tiba di lembah itu? Apakah domba itu pergi ke tempat itu sendiri, atau Gembala itu sendiri yang menuntun domba-domba itu ke sana?
Elisabeth Elliot menulis, “Seekor domba yang mendapati dirinya berada di lembah “Bayang Kematian” mungkin berpendapat bahwa dia telah dituntun dengan keliru. Perlu bagi dia untuk menelusuri kegelapan itu supaya dia belajar untuk tidak takut. Gembala itu masih bersama dia.” Elisabeth Elliot, Quest for Love (Grand Rapids, Mich.: Fleming H. Revell, 1996), hlm. 218.
Pernahkah kita merasa bahwa kita telah “dituntun dengan keliru” menuju lembah itu? Bagaimana kita menyambut Allah selama masa sulit ini? Menurut kita mengapa Gembala itu rela menanggung risiko akan disalahmengerti dengan mengizinkan kita memasuki lembah gelap?
Raja Daud meyakinkan kita dalam Mazmur 23:4 “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku“
Allah tidak meninggalkan kita, Dia selalu Bersama kita dalam situasi apapun.
Hari ini, tetaplah memandang kepada Tuhan, tinggal di dalam Dia maka sekalipun Tuhan izinkan kita melewati “lembah kekelaman” kita tetap aman di dalam perlindungan-Nya.
Tuhan memberkati.