17 November
- Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! Mazmur 42:12
Kita telah belajar di tengah kenyataan yang gelap bahwa tidaklah bijaksana untuk memiliki kehendak atau cara kita sendiri, dan tidak memikirkan dan menduga-duga tentang kesetiaan ilahi. Saya merasa bahwa kita adalah orang-orang yang dapat memahami dan bersimpati satu sama lain. Kita diikat bersama oleh kasih karunia Yesus Kristus dan dalam ikatan simpati Kristiani yang disakralkan oleh penderitaan….
Penderitaan seringkali merupakan belas kasihan yang terselubung. Kita tidak tahu apa jadinya kita tanpa mereka. Ketika Allah dalam pemeliharaan-Nya yang misterius menggulingkan semua rencana kita yang berharga, dan kita mungkin menerima dukacita sebagai ganti sukacita, kita akan tunduk dan berkata, “Jadilah kehendak-Mu, ya Allah.” Kita harus dan akan selalu menghargai kepercayaan religius yang tenang pada Dia yang mengasihi kita, yang memberikan hidup-Nya untuk kita. “Tuhan akan memerintahkan kasih setia-Nya di siang hari, dan di malam hari nyanyiannya akan bersamaku, dan doaku kepada Tuhan dalam hidupku. Aku akan berkata kepada Tuhan batu karangku, Mengapa engkau melupakanku? mengapa aku pergi berduka karena penindasan musuh?” …
Tuhan melihat kesengsaraan kita. Dia dengan anggun dan diskriminatif membagikannya dan membaginya. Sebagai seorang pemurni perak, Dia mengawasi kita setiap saat hingga pemurnian selesai. Tungku adalah untuk memurnikan dan memurnikan, bukan untuk menghancurkan dan menghabiskan. Dia akan menyebabkan mereka yang menaruh kepercayaan mereka kepada-Nya menyanyikan belas kasihan di tengah penghakiman. Dia selalu memperhatikan untuk memberikan, ketika paling dibutuhkan, berkat baru dan segar, kekuatan di saat kelemahan, bantuan di saat bahaya, teman di saat kesepian, simpati, manusia dan ilahi, di saat kesedihan.
Kami terikat ke rumah. Dia yang sangat mencintai kita hingga rela mati untuk kita telah membangun sebuah kota untuk kita. Yerusalem Baru adalah tempat peristirahatan kita. Tidak akan ada kesedihan di Kota Tuhan. Tidak ada ratapan kesedihan. Tidak ada lagi nyanyian harapan yang hancur dan kasih sayang yang terkubur yang akan terdengar lagi.–Daughters of God, 223, 224.
Renungan diambil dari To Be Like Jesus oleh Ellen G. White.
Selamat Sabat Pdt, blhkah berbagi juga bahan khotbah dlm format ppt.