Seorang perwira militer dan istrinya sedang naik sebuah kapal yang terperangkap dalam sebuah badai lautan yang bergelora. Melihat pandangan ketakutan di mata istrinya, orang tersebut mencoba menenangkan dia, tetapi tidak peduli apa yang dikatakan suaminya, ia terus saja berteriak histeris dan penuh kepanikan. Suaminya menghunus pedang yang terselip di pinggangnya. “Apakah engkau takut dengan pedang ini?” Tanpa ragu ia menjawab, “Tentu tidak!” “Mengapa tidak?” tanya suaminya. “Karena pedang itu berada dalam tanganmu, dan engkau sangat mencintai aku sehingga pasti tidak akan menyakitiku. Suaminya pun tersenyum dan menjawab, “Saya kenal Dia yang memegang angin dan laut dalam telapak tangan-Nya, dan la pasti akan memelihara kita!”
C.S. Lewis menulis tentang apa yang diakibatkan oleh ketegangan besar karena kematian istrinya terhadap imannya pada Allah. “Anda tidak pernah tahu berapa besar Anda mempercayai sesuatu hingga kebenaran atau kepalsuannya menjadi suatu persoalan menyangkut kehidupan dan kematian bagi Anda. Adalah mudah bagi Anda mengatakan meyakini bahwa seutas tali cukup kuat dan aman selama Anda hanya menggunakannya untuk mengikat sebuah kotak. Tetapi andaikan Anda harus bergantung pada tali itu di atas tebing yang curam. Tidakkah Anda akan lebih dahulu memeriksa seberapa besar Anda bisa benar-benar mempercayai tali itu?” C.S. Lewis, A Grief Observed, (Harper, San Fransisco, 1966), p. 22, 23.
Alkitab menceritakan kisah tentang ketakutan murid-murid Yesus ketika dalam perjalanan laut pada suatu malam yang mencekam, tiba-tiba datang taufan yang sangat dasyat, perahu penuh air seakan akan menenggelamkam kapal mereka. Terjadi kepanikan dan ketakutan pada murid-murid dan munculah pertanyaan “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38). Satu pertanyaan yang tidak diragukan lagi ditanyakan juga oleh jutaan orang Kristen selama masa-masa krisis oleh kerena persoalan hidup.
Apakah Yesus peduli? Apakah Yesus siap menolong? Apakah Yesus dekat atau justru tampak jauh?
Kita semua mengalami situasi seperti yang dialami oleh murid-murid Yesus, C.S. Lewis dan Perwira dan istrinya diatas. Apa yang terjadi? Apakah Yesus peduli? Pasti la peduli. Itulah keseluruhan maksud dari salib, untuk menyelamatkan kita agar kita tidak harus binasa (Yoh. 3:16; 10:10; 2 Ptr. 3:9). Dengan Iman kita menaruh harap pada-Nya dan mengetahui jawaban-Nya. Dalam kisah murid-murid dengan taufan yang dasyat tersebut Tuhan Yesus segera bertindak. Dalam Markus 4:39 dikatakan Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
Hari ini, sementara kapal kehidupan kita diserang taufan yang besar, apakah karena pekerjaan, kesehatan, rumah tangga, anak-anak dan apapun itu, panggilah segera Yesus Kristus dalam hidup kita. Dia sangat-sangat peduli, Dia akan bertindak tepat pada waktu-Nya, karena Dia mau memberikan ketenangan dan keselamatan bagi kita.
Tuhan memberkati.