Pernahkah kita memperhatikan suatu acara pemakaman yang dihadiri begitu banyak orang? Kemudian kita juga mendengar pujian, kesan dan pesan tentang orang yang sudah neinggal tersebut sangat menyentuh, disampaikan dengan cukup panjang, bukan hanya 1 atau 2 orang tetapi banyak orang bergantian mengungkapkan perasaan mereka dengan penuh kasih dan sepenuh hati. Apa yang membuat momen istimewa ini terjadi adalah oleh karena kenangan akan kebaikan yang ditunjukkan oleh almarhum semasa hidup di dunia ini, dan ketika hidup mereka ini berkahir simpati dan empati meluap.
Kebaikan adalah hal yang indah. Dunia ini akan menjadi tempat yang jauh lebih baik jika orang melakukan lebih banyak tindakan kebaikan daripada tindakan kekerasan atau kebencian. Kita mungkin tidak menyadarinya, tetapi TINDAKAN kita lebih berdampak daripada kata-kata yang kita ucapkan.
Hal yang normal dan alamiah jika manusia sering kali berpikir hanya untuk dirinya sendiri, menjadikannya nomer satu dan tidak mau menempatkan orang lain pada posisi utama itu. Namun kenyataannya adalah tidak ada yang senang menghabiskan waktu dengan orang yang egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Seorang Kristen sejati tidak di desain untuk menjadi egois. Ketika kita hanya berfokus pada masalah diri kita sendiri tanpa kita sadari kita menjadi mati rasa terhadap penderitaan atau masalah orang lain. Mari kita lihat sikap dan hati Tuhan Yesus, Dia dipenuhi belas kasih dan mudah tergerak untuk menunjukkan kasih-Nya ketika orang lain susah. Tetapi kita sering dingin dan acuh tak acuh kepada sesama kita.
Kecenderungan hati manusia adalah adalah egois dan mementingkan diri sendiri. Satu-satunya cara untuk mengatasi dan menjalani kehidupan yang “penuh kasih tanpa memandang muka” adalah dengan dibasuh oleh darah Tuhan Yesus, serta mati terhadap diri sendiri setiap hari. Alkitab memberitahu kita dalam Lukas 9:23 “Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Dan dalam Efesus 4:32, Allah memerintahkan anak-anak-Nya, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Mintalah Tuhan untuk memberi kita hati yang bersih dan mengisinya dengan kasih Allah untuk dinyatakan kepada orang lain. Penulis Dave Willis pernah berkata, “Jadilah pemberi semangat. Dunia sudah memiliki banyak kritik.” Galatia 6:9-10 “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
Mari kita praktekkan ini, bagikan senyum kita pada orang-orang di sekitar kita, biarkan seseorang mendahului kita di antrean SPBU mungkin mereka lagi buru-buru, atau belilah makan siang sederhana untuk seorang yang membutuhkannya, dan rasakan betapa dasyat kepuasan batin kita, biarkan cinta kita tetap mengalir. Semakin kita mengizinkan Tuhan menggunakan kita untuk memberkati orang lain, semakin damai dan sukacita kehidupan yang kita terima. Kebaikan benar-benar. . . Indah!
Amsal 16:23-24 “Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan. Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.”
Tuhan memberkati.