Saat ini, orang-orang di seluruh dunia berfokus untuk memberi tahu orang-orang terdekat mereka bahwa mereka dicintai, diperhatikan, dan dihargai. Bunga, permen, cokelat dan hadiah-hadiah lainnya diberikan untuk menunjukkan perasaan yang tulus terhadap orang yang dicintainya. Restoran-restoran dipenuhi dengan pasangan yang menikmati makan malam romantis. Kata-kata “Aku mencintaimu,” banyak diucapkan pada saat-saat ini lebih sering daripada hari lainnya.
Dalam sebuah teori ada banyak jenis cinta mulai dari kekaguman, persahabatan, atau sekadar ketertarikan. Namun, “cinta sejati” bukan hanya emosi dalam perasaan tetapi sesuatu yang jauh lebih dalam. Cinta sejati meresap kedalam jiwa tidak dapat dipinjam, dibeli, atau dipalsukan karena berasal dari buah Roh seperti yang dijelaskan dalam Galatia 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan.
Siapa pun yang tidak pernah mengalami cinta sejati, tidak mungkin memahami kekuatannya. Kidung Agung 8:6 menggambarkan kekuatan cinta seperti ini: Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN. Alkitab menggambarkan cinta sejati dalam 1 Korintus 13:4-5 sebagai Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
“Setinggi apapun profesinya, dia yang hatinya tidak dipenuhi dengan kasih kepada Tuhan dan sesamanya bukanlah murid Kristus yang sejati. Meskipun ia harus memiliki iman yang besar dan memiliki kekuatan bahkan untuk melakukan mukjizat, namun tanpa CINTA imannya tidak akan ada artinya. Dia mungkin menunjukkan kemurahan hati yang besar; tetapi jika dia, dari beberapa motif lain selain cinta sejati, memberikan semua hartanya untuk memberi makan orang miskin, tindakan itu tidak akan memberinya perkenanan Tuhan. Dalam semangatnya dia bahkan mungkin menemui kematian seorang martir, namun jika tidak digerakkan oleh cinta, dia akan dianggap oleh Tuhan sebagai penggemar yang tertipu atau munafik yang ambisius.” (Ellen G. White, The Acts of the Apostles, 318.2)
Jelas, kekuatan cinta datang dari Tuhan, satu-satunya jenis cinta yang benar-benar penting yang harus kita miliki.
Hari ini, biarlah kita berdoa untuk kecurahan Roh Kudus yang akan menumbuhkan cinta sejati cinta yang dari Tuhan yang menyanggupkan kita untuk mencintai sesama kita.
Tuhan memberkati.