
Kejadian 39:2-3
39:2 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.
39:3 Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya,
A. Ketika Yusuf tiba di Mesir, ia tidak lagi memiliki jubahnya yang berwarna-warni. Ia mungkin telah kehilangan jubahnya, tetapi karakternya masih utuh!
Jubah yang diberikan Yakub kepada Yusuf merupakan simbol kedudukannya dalam keluarga. Jubah itu menandainya sebagai pengawas. Jubah itu menandainya sebagai kepala keluarga. Jubah itu menandainya sebagai orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu. Jubah itu menandainya sebagai seorang pria yang memiliki otoritas. Tetapi yang sebenarnya adalah otoritas Yusuf tidak berasal dari jubah. Otoritasnya tidak berasal dari sehelai kain. Otoritas Yusuf berasal dari karakternya! Ia adalah seorang pemuda saleh yang berjalan di hadapan ayahnya dengan integritas yang mutlak.
Ketika Yusuf kehilangan jubahnya, ia tidak kehilangan apa pun yang membuatnya menjadi pria yang hebat. Kehebatan Yusuf tidak berasal dari pakaian yang dikenakannya, tetapi dari karakter hatinya. Ia mungkin mengenakan pakaian sederhana sebagai seorang budak, tetapi ia tetap seorang pria yang berkarakter dan berintegritas!
Aplikasi :
Kita harus memiliki kesaksian yang sama! Kita harus menjadi orang yang berkarakter dan berintegritas. Beberapa orang berbeda tergantung kapan kita bertemu dengan siapa. Ketika kita bertemu orang-orang yang di gereja maka kita merasa tidak perlu mengubah segalanya, mereka sudah mengenal kita, bahkan hal yang salahpun seakan kita tidak malu menutupinya dengan anggapan mereka telah mengenal kita pasti mereka akan mengerti kita. Tetapi ketika kita bertemu dengan orang-orang di kota atau di luar komunitas kita, maka jelas mereka adalah orang yang sama sekali berbeda dan sangat mungkin kita merubah karakter kita.
Kita seharusnya menjadi orang dengan karakter yang sama di mana pun kita berada dan berhadapan dengan siapa saja. Kita harus berusaha melakukan hal yang benar setiap saat. Kita harus bertekad dalam hati kita bahwa kita akan memiliki sikap yang baik dan menunjukkan keserupaan dengan Kristus sepanjang waktu!
B. Ketika Yusuf berada di Mesir, ia bisa saja menempuh beberapa jalan. Ia bisa saja mengadopsi cara dan adat istiadat negeri barunya. Ia bisa saja meninggalkan Tuhannya dan memeluk agama politeistik Mesir. Namun, Yusuf tetap pada jalannya! Kita lihat, ia mungkin telah dibeli oleh Potifar, tetapi Yusuf adalah milik Tuhan!
Bagi Yusuf, tidak ada bedanya apakah ia berada di rumah ayahnya; di dalam sumur; di bawah kepemilikan pedagang budak; atau di rumah tuannya, Yusuf telah bertekad dalam hatinya bahwa ia akan selalu melakukan hal yang benar. Dan, itulah yang dilakukannya! Yusuf adalah seorang yang berintegritas terlepas dari situasi yang dihadapinya.
Seperti Yusuf, kita perlu menetapkan beberapa batasan dalam hidup kita. Kita perlu memutuskan bahwa ada beberapa hal yang tidak akan kita lakukan. (misalnya, minum minuman keras, narkoba, bahasa kasar, seks pranikah, perzinahan, pornografi, gosip, dll.) Jadi, ketika suatu situasi muncul, kita tidak perlu memperdebatkannya, kita cukup tahu apa yang akan dan tidak akan kita lakukan. Kita telah mempunyai ketetapan hati untuk melakukan yang benar, hidup dalam inetgritas, maka masalahnya sudah selesai!
C. Dalam Ayat 3 memberi tahu kita bahwa “Tuhan membuat segala sesuatu yang diperbuatnya berhasil dalam tangannya.” Sebagian orang mungkin menganggap keberhasilan Yusuf di rumah Potifar sebagai “keberuntungan”. Mereka melihat seorang pemuda seperti Yusuf dan ia mengalami beberapa nasib buruk, kemudian keadaan berubah baginya. Keadaan mulai berubah. Orang-orang melihat itu dan berkata, “Wah. Ia sungguh beruntung.” Yang sebenarnya terjadi bahwa “keberuntungan” tidak ada hubungannya dengan keberhasilan Yusuf.
Yusuf sukses karena Allah memberkatinya! Yusuf berhasil karena Allah melihat dalam diri Yusuf seorang pria yang dapat Ia percaya untuk melakukan kehendak-Nya. Apa yang sebagian orang sebut sebagai “keberuntungan” dalam kehidupan seseorang mungkin tidak lebih dari sekadar perwujudan karakter yang baik dan saleh.
Mungkin Tuhan memberkati sebagian orang lebih banyak daripada yang lain karena mereka memiliki karakter yang baik. Mungkin mereka menikmati berkat-Nya karena mereka memiliki integritas. Mungkin mereka diberkati karena Dia dapat memercayai mereka untuk melakukan yang benar!
D. Yang menarik di sini adalah : Yusuf berada dalam situasi yang buruk, tetapi ia tetap menjalani hidup yang diberkati oleh Tuhan. Kita yakin bahwa hidupnya adalah kehidupan yang penuh dengan kerja keras dan pelayanan yang tiada konsisten, tetapi ia setia pada tugas-tugasnya. Karakternya menyebabkan ia setia kepada Tuhan dan kepada tuannya sebagai manusia. Hasilnya, Tuhan memberkati hidup dan pekerjaannya.
Beberapa poin penting di sini :
- Hanya karena kita sedang mengalami pencobaan dan masalah, bukan berarti Tuhan tidak memberkati kita. Kita mungkin tidak melihat-Nya bekerja dalam hidup kita, tetapi percayalah kepada-Nya dan pada waktu-Nya, Ia akan menyatakan kehadiran-Nya, kemuliaan-Nya, dan kuasa-Nya.
- Yusuf mampu menghadapi situasi yang buruk dengan sebaik-baiknya. Ia menunjukkan sikap yang tepat di tengah pencobaannya. Begitu pula dengan kita! Rahasia kebahagiaan di masa-masa sulit adalah bagaimana kita menanggapi apa yang terjadi pada kita. Hidup yang penuh sukacita adalah ketika pencobaan datang kita menanggapi pencobaan itu dengan tetap hidup di dalam Tuhan.
Seorang pendeta Bernama John Bunyan, dijebloskan ke penjara di Inggris pada abad ke-17 karena mengkhotbahkan Injil tanpa izin. Ia menghabiskan dua belas tahun di penjara karena ia menolak pengadilan bahwa jika ia dibebaskan maka ia tidak akan memberitakan Injil lagi, dengan kata lain kalaupun suatu saat nanti dia bebas dia tetap akan menginjil. Ia bisa saja putus asa karena dipenjara begitu lama, tetapi John Bunyan adalah pria yang berkarakter dan berintegritas.
Saat ia di penjara, ia memiliki bangku berkaki tiga. Ia melepaskan salah satu kakinya dan mengukirnya menjadi seruling. Ia akan menggunakan seruling itu untuk memainkan lagu-lagu Injil. Saat di penjara, Bunyan menulis Pilgrim’s Progress, yang merupakan kisah perumpamaan kehidupan Kristen. Buku itu adalah buku terlaris kedua dalam sejarah, hanya Alkitab yang mampu melampau penjualannya waktu itu.
John Bunyan bisa saja menyerah. Sebaliknya, ia menggunakan cobaan yang dialaminya sebagai tempat untuk memuliakan Tuhannya.
Di kamp kematian Ravensbruck yang dioperasikan oleh Nazi, seorang wanita muda bernama Corrie Ten Boom dipaksa untuk menanggung kekejaman yang lebih mengerikan yang dapat kita bayangkan. Ia dibiarkan kelaparan, dipukuli, dan diancam. Ia dipaksa hidup dengan kutu, caplak, dan tikus. Ia menyaksikan kematian adik perempuannya yang lebih lemah. Ia melihat ribuan orang Yahudi dan simpatisan Yahudi meninggalkan tempat itu melalui cerobong asap krematorium.
Tentu saja dia tidak dapat mengerti mengapa dia, bersama dengan ribuan orang lainnya, dipaksa untuk menanggung kesulitan dan penderitaan seperti itu. Namun, Corrie Ten Boom, narapidana nomor 66730, bertekad dalam hatinya bahwa selama dia berada di sana, dia akan menjadi orang Kristen terbaik yang dia bisa. Di barak nomor 28, dia memulai studi Alkitab secara diam-diam dan membantu banyak orang lain melewati tahun-tahun yang sulit itu. Akhirnya dia memperoleh kebebasannya.
Banyak orang mungkin menjadi sakit hati karena pengalaman seperti itu. Namun, Corrie Ten Boom digunakan oleh Tuhan dengan cara yang luar biasa setelah Perang Dunia II. Dia membawa pesan Kristus ke seluruh dunia dan puluhan ribu orang belajar tentang kuasa kasih karunia dan pengampunan Tuhan. Dia mengambil situasi yang mustahil itu dan menggunakannya untuk memuliakan Tuhan!
Yusuf berada dalam situasi yang buruk, tetapi ia tetap menjalani hidup yang diberkati oleh Tuhan dengan tetap menjalankan kehidupan yang berintegritas, setia dan taat kepada Tuhan. Oleh sebab itu Allah memberkati Yusuf.
Tuhan Memberkati.